Penguatan Karakter Bernuansa Budaya Praktik Baik di SMP Negeri 3 Pangkajene Sulawesi Selatan
Abstract
SMP Negeri 3 Pangkajene berada di kelurahanMappasaile, kecamatan Pangkajene, kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Lokasinya yang berada di tengah kota, menjadikan sekolah ini dapat diakses dari berbagai kecamatan di kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Sekolah ini berdiri tahun 2016 jadi masih terbilang baru di antara sekolah-sekolah lain yang telah ada di kota Pangkajene. Sekolah kami ini cukup strategis keberadaannya sehingga cukup diminati di lingkungan sekitar terutama daerah kota Pangkajene bagian utara dan timur. Hal ini menjadi kekuatan sekaligus tantangan bagi sekolah kami. kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya dekat dengan tempat tinggal sehingga tidak memerlukan biaya yang besar untuk transport. Karena peserta didik bisa menggunakan sepeda untuk berangkat ke sekolah karena akses jalan yang cukup aman. Dengan kepercayaan orang tua, maka sekolah kami menjadi mitra orang tua. Kami mengharapkan sekolah menjadi rumah kedua peserta didik, tempat orang tua menitipkan putra-putrinya untuk itu sebagai staf pengajar kami mengharapkan peserta didik bisa belajar dengan baik dan meraih prestasi dan merasa bangga terhadap prestasi yang mereka raih dengan jerih payah mereka sendiri, sesuai dengan visi kami, “Mewujudkan generasi yang berkualitas, berilmu, berprestasi, berkarakter, berbasis IPTEK, IMTAQ dan peduli lingkungan. SMP Negeri 3 Pangkajene sudah menjadi sekolah ramah anak, sekolah sehat, dan. Sebagai sekolah piloting, kami ingin peserta didik tumbuh dengan kearifan lokal budaya Bugis Makassar. Sejak program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilakukan di sekolah kami, terdapat kebiasaan baik yang tumbuh pada diri peserta didik, salah satunya mereka terbiasa shalat dhuha, shalat dhuhur secara berjamaah di sekolah. Nilai karakter juga kami integrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler seperti seni musik, seni tari, seni suara, serta olahraga seperti voli, sepak takraw, dan lain lain. Sekolah kami juga memiliki branding budaya Tabe. Budaya Tabe diambil dari bahasa Bugis yang artinya mohon izin dan bermakna penghormatan. Perilaku ini merupakan warisan dari nilai budaya yang harus diturunkan kepada peserta didik.
Downloads
References
Pratiwi, Anngun. 2017. Fenomena Kemerosotan Tradisi Mappatabe Pada Generasi Milenial. Literasi UKM KPI UNHAS. Makassar
Kemendiknas, 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta
Sutrisno. 2019. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Pembiasaan di Lingkungan Sekolah.
Andi Mallarangeng. 2020. Ada Apa Dengan Etika “Tabe” Sehingga dilupakan di Generasi Milenial Bugis. LPM REDLINE.
Suyitno, I. 2012. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan Lokal. jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1 (Online).
Baharuddin. 2018. Menumbuhkan Karakter Siswa Berbasiskan Budaya Lokal Tabe’ di Era Digital. Universitas Muhammadiyah Enrekang.